Kelezatan Tidak Ada Bandingannya

Kelezatan Tidak Ada Bandingnya

“Berusahalah sekuat tenaga menekan hawa nafsu itu adalah kelezatan, kelezatan diatas kelezatan” (Ahli Hikmah)
“Manusia tetap manusia, bukan malaikat”

Setan adalah pemangsa orang yang lemah semangat, tidak percaya diri, tidak kuat kemauannya, condong mengikuti hawa nafsunya, dan mengendalikan kita ke arah yang ia kehendaki.

Perkataan Ali ra, menurutnya ada empat momen kebaikan tertentu yang paling berat dilakukan, yaitu :
-          Memaafkan ketika marah,
-          Menyumbang ketika Pelit (susah),
-          Menjaga diri dari dosa ketika sendirian, dan
-          Menyampaikan kebenaran pada orang yang ditakuti / diharapkan.
Ada satu cara untuk mengatasinya yaitu “Ke Ikhlasan”.

Benar ucapan Ibnu Jauzi rahimahullah “Barang siapa yang telah mengintip pahala (yang di tuai karena keikhlasan), niscaya menjadi ringanlah semua tugas berat itu”

Wujud ketulusan dari keikhlasan lain yang di miliki Ibnu Abbas, ia mengatakan “Bila aku mendengar berita hujan yang turun di suatu daerah, maka aku akan gembira, meskipun di daerahku tidak mempunyai binatang ternak dan rumput. Bila aku membaca suatu ayat kitabullah, maka aku ingin agar kaum mukmin semua memahami ayat itu seperti aku ketahui”. (Renungan)

Dai’ dan Mujahid Islam terkenal, Imam Hasan Al Banna mengatakan, “Ikhlas kunci keberhasilan”

Tidak menang kecuali tiga hal, “Kekuatan iman, kebersihan hati, dan keikhlasan mereka”

Bila sidah memiliki ketiga hal tersebut, maka engkau berpikir Allah akan mengilhamimu petunjuk dan bimbingan. Jika engkau beramal maka Allah mendukungmu dengan kemampuan dan keberhasilan.

Orang yang tidak ikhlas umumnya tidak selamat dalam perjalanannya. “Innama yata’at saru man lam yukhlish” (Hanya orang yang tidak ikhlas yang akan tergelincir)

Perkataan ahli hikmah tadi yang dikutip Syeh Ahmad Muhammad Rasyid, “Fi quwwati qahril hawa ladzdzah, taziidu ‘ala kuli ladzdzah

Berusaha sekuat tenaga menekan hawa nafsu itu adalah kelezatan, kelezatan diatas kelezatan.

Manusia tetap manusia, bukan malaikat. Karena itu Rasulullah mengucapkan do’a,

“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah manusia, aku marah sebagaimana manusia marah. Maka siapa saja dari kaum muslimin yang merasa telah aku sakiti, aku caci, aku laknat, aku cambuk, jadikan itu sebagai do’a dan pembersih yang akan mendekatkannya kepada-Mu pada hari kiamat” (HR. Bukhari dan Muslim)
(Renungan)