Meniti Tangga Jannatul Firdaus
“Semakin tinggi nilai sesuatu, semakin mahal pula harganya. Bila ingin mencapai surga yang tertinggi di akhirat, maka seorang harus pada posisi tertinggi di dunia” (Syeh Muhammad Ahmad Rasyid)
Kita telah melewati detik, menit, jam, hari, pekan, dan tahun-tahun yang cukup panjang dan melelahkan. Semuanya telah berlalu... “Berapa banyak amal yang sudah kita lakukan selama itu ?”
“Dunia hanya tiga hari”, nasehat Imam Hasan Al Basri, ia melanjutkan tiga hari itu adalah :
“Hari kemaren yang sudah berlalu dan kita tidak bisa lagi untuk mengubahnya.
“Hari esok, yang kita tidak tau apakah kita masih diberikan kesempatan di dalamnya, dan.
“Hari ini, kedempatan untuk kita melakukan amal shaleh, maka beramallah sebanyak-banyaknya.
Allah SWT berfirman,
“dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang menyerukan dakwah kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh ... ?” (QS. Fushilat : 33)
Rasulullah SAW bersabda,
“Bila Allah memberikan hidayah-Nya seseorang melalui dirimu, maka itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
Syeh Abdul Qadir Al Khailani dalam Futuhul Gaib mengatakan,
“Tidak ada kedudukan yang tinggi bagi manusia di dunia kecuali kedudukan menyeru manusia ke jalan Allah. Tidak ada tingkatan yang melebihinya, kecuali tingkatan nubuwwah (kenabian).
Bersyukurlah, bila saat ini kita telah ada dalam barisan orang-orang yang membawa penerangdan lantera didalam kegelapan.
Indah sekali senandung yang oleh para pendahulu kita,
“Dalam hidup ini, kami hanya peengembara. Kami menyambung pengembaraan orang-orang pendahulu kami. Mereka yang lebih dahulu berangkat, memberitahu kami rambu-rambu untuk menempuh perjalanan. Maka kewajiban kami adalah memberitahu kepada orang-orang yang ada dibelakang kami.”
Menyebarkan kebenaran sudah pasti resikonya, tapi semoga kita tidak pernah lari dari medan ini yang menguji kesabaran dan meningkatkan kualitas iman kita. Apa artinya menjaga diri dari kemaksiatan, memiliki sikap amanah, jujur, berbakti dan semua moral baik, bila ia tinggal ditengah-tengah padang pasir / di puncak gunung sendirian? Apakah ada yang mengakui kejujuransebagai akhlak mulia, bila tidak ada orang di sekitarnya, kecuali pohon dan bebatuan.
“Demi Allah orang yang lari perang dari keburukan adalah orang yang melepas semua keutamaan ...” (Wahyu Qalam, 2/97)
Benar-benar suatu kebanggaan saat kita berhasil menolong dan meluruskan langkah mereka ke jalan Allah SWT.
“Duhai hilang rasa laparku, lenyap dahagaku, tidak ada lagi rasa dingin ketika ada seseorang menjadi seperti ini dibawah didikanku” Begitu Abdul Qadir Al Khailani menggambarkan kegembiraannya. (Al Fathur Rabbani)